Siapa peduli dan peduli pada siapa hanyalah sebuah pernyataan akan seebuah kejadian atau bahkan mungkin sebuah pengelakan atas sesuatu yang tidak sesuai dengan hati -atau mungkin juga logika-.
Ketika kita menghadapi situasi yang tidak menguntungkan bagi kita, sacara alami kebanyakan orang cenderung membuat semacam penghalang terhadap situasi tersebut. Entah itu berupa stengelese, penolakan, atau bahkan ucapan dan tindakan secara frontal. Sah memang dan tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Karena penghalang tersebut merupakan sifat alami manusia yang opurtunis -disadari atau tidak, diakui atau tidak- dan sudah ada sejak manusia purba untuk melangsungkan hidup.
Manusia senantiasa berhubungan dan membutuhkan manusia lain dan untuk itulah terjalin sebuah komunikasi. Komunikasi senidiri juga bisa dikatakan sebagai teknik penghalang kejadian yang tidak menguntungkan. Komunikasi sebagai sarana kepedulian terhadap sesama memberikan dampak emosional yang luar biasa. Membuat orang menjadi percaya dan melakukan tindakan persuasif kepada orang lain lagi agar menjadi peduli terhadap sesama.
Komunikasi interpersona atau antar persona mungkin bisa menjadi sarana kepedulian kita tapi pernahkah kita sadar bahwa kedua hal tersebut lebih sering kita gunakan untuk "membodohi" dan membuat orang lain melakukan apa yang kita mau. Lantas apakah itu yang disebut peduli. Banyak juga orang yang menyebut dirinya peduli pada sesama, peduli pada lingkungan, dan peduli pada seluruh dunia -mungkin-. Menurutku, orang-orang ini tidak lebih dari orang bisa peduli pada dirinya sendiri. Tidak menafikan kebaikan pada diri setiap manusia, tetapi pada kenyataannya kejahatan lah yang lebih menonjol dari setiap manusia.
Saya lebih suka mengatakan tidak peduli tetapi berbuat sesuatu yang nyata daripada mengatakan seribu kata peduli tetapi hanya kata. Permainan kata permainan komunikasi. Karena perbedaan antara yang dilihat dengan yang dipikul dan antara fakta dengan persepsi. Mungkin saya bisa dibilang munafik karena ketidaksesuaian fakta dan ucapan, tapi siapa yang peduli? Dan harus peduli pada siapa untuk menjaga kata? Nol besar.
Haruskah saya berkoar bahwa saya peduli pada anda semua, bahwa saya peduli pada negara, saya peduli pada lingkungan, dan saya peduli pada hidup anda. Anggap saja demikian. Lalu, apakah anda juga melakukan hal yang sama tau mungkin anda pernah memikirkan yang sama. Kalau begitu layakkah kita disebut manusia jika peduli hanya merupakan kata, jika benar pedduli hanya merupakan kata maka layak diragukan kita disebut sebagaipembelajar komunkasi. Hanya nurani lah yang bisa menjawabnya. Padahal kita tau bahwa nurani telah lama mati.
0 comments:
Sobat, Apa pendapatmu?